BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Peradaban Islam pada mulanya mulai dari zaman
Rasulullah saw. Sampai abad ke-12 M. Telah berhasil dengan gemilang membangun
peradaban-peradabannya yang untuk dan melahirkan sejarawan kelas dunia. Itulah
sebabnya peradaban islam dapat
melahirkan organisasi , bahasa wilayah, pusat ekonomi, pendidikan,
kepercayaan dan ilmu pengetahuan yang
sumber dan tuntutannya tidak lepasdari yng utama “Islam”.
Di permukaan
dunia ini pernah timbul beberapa peradaban, tetapi kemudian menghilang
sirna. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan telah pernah tersebar meningkat gemilang
, tapi akhirnya merosot menjadi rusak. Petunjuk-petunjuk keagamaan pernah
bercahaya laksana bulan purnama, tapi akhirnya redup dan gelap gulita.
Begitulah manusia senantiasa dalam keadaan tidak
tetap, antara bangkit dan jatuh, turun dan naik. Malah bangsa-bangsa ada di
antaranya yang tadinya begitu besar dan jaya lama-kelamaan menjadi kecil dan
akhirnya lenyap untuk kemudian digantikan oleh bangsa yang baru timbul yang
makin lama makin maju dan menjadi bangsa yang besar pula, hingga pada suatu
ketika dengan pengalaman-pengalaman itu umumnya manusia penduduk alam ini
menjadi matang untuk menerima kemajuan yang sesungguhnya dalam segala bidang .
pada waktu Islam datang seluruh dunia sedang mengalami kemunduran di segenap
bidang dan lapangan , baik mengenai agama, ilmu pengetahuan, peradaban dan
politik. Belum berlalu masa 100 tahun, Islam telah dapat menegakkan dan
memperbaharui serta meluruskan paham agama-agama yang telah lalu, ilmu
pengetahuan yang tinggi dan kenyakinan , peradaban yang membawa kebahagiaan dan
politik yang selalu menguntungkan, yang semua itu telah disiarkan diseluruh
dunia, baik Timur maupun Barat dengan
kecepatan laksana kilat dan bersenjatakan kebenaran yang ampuh.
Dan oleh karenanya, seenjak itu dunia berubah
corak, manusia mendapat hembusan nafas
baru mulai sumber-sumber hanyat yang akan sirna dan berubah lagi selagi ada
bumi dan langit.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari peradaban ?
2. Apa ciri-ciri dari peradaban ?
3. Apa saja nama kota-kota yang menjadi pusat peradaban?
1 . 3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian
dari peradaban
2. Agar pembaca dapat mengetahui ciri-ciri
peradaban
3. Agar membaca dapat mengetahui kota-kota
mana saja yang menjadi pusat peradaban
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peradaban
Sebelum
membahas lebih lanjut tentang profil peradaban Islam terlebih dahulu penulis
perlu memaparkan arti peradaban . banyak sekali arti peradaban dimana satu ahli
lainnya berbeda, karena berbeda sudut pandang kajiannya, maka berbeda pula
definisi yang disampaikan. Untuk itu, perlu kiranya penulis memaparkan tentang
pengertian peradaban dari para ahli sejarah.
a) Menurut Kelly dan Goh Phay Yen, peradaban
adalah tempat dimana masyarakat membangun kota-kota, dimana ada hukum dan
peraturan serta dimana masyarakat tersebut memiliki sistem pemerintahan
sendiri.
b) Menurut Prof. M.A.J Beg, peradaban adalah
pencapaian manusia dalam bentuk kota,tulisan,kesenian,seni bangunan, agama,
undang-undang dan politik.
c) Menurut Edward L.Farmer, Mengartikan
peradaban sebagai unit budaya terbesar dalam organisasi manusia yang terdiri
dari norma-norma sosial, tradisi dan institusi yang menurun antara generasi.
d) Menurut Prof.Arnold J.Toybee, mengartikan
peradaban sebagai suatu pola pikir manusia yang melahirkan institusi politik,
undang-undang, kesenian, kesusasteraan,agama dan moral.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa peradaban islam adalah unit pencapaiaan budaya umat manusiayang dengan
bimbingan agama maupun melahirkan tatanan sosial politik dan hukum, bahasa dan
seni, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peradaban disini merupakan satu proses
perubahan cara hidup manusia. Keajuan yang dicapai dalam aspek bahasa,
kesenian, ilmu pengetahuan, sosial, politik,hukum dan agama. Prosesnya berjalan
secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama.[1]
1.2
Ciri-ciri Masyarakat Peradaban
Ciri-ciri masyarakat peradaban adalah:
1. Orang-orangnya membangun kota
2. Ada sistem pemerintahan yang baik
3. Ada pekerja dan kelas sosial yang berbeda
4. Ada kegiatan keagamaan
5. Ada surat bentuk lisan
Menurut, Lew Hee Men, ciri-cirinya adalah :
1. Adanya kota dan pelabuhan
2. Adanya tulisan dan bahasa
3. Adanya organisasi sosial
4. Teknologi perkembangan maju
5. Agaa yang kuat mempengaruhi kehidupan
masyarakat
6. Kerajaaan dan sistem pemerintahan yang
berkuasa mulai muncul
7. Ada suatu bentuk lisan
Sedangkan menurut Dr. Imaduddin Kholil, ciri-cirinya adalah :
1. Konsisten dengan keimanan
2. Asli dan terbuka
3. Mampu menjawab tantangan
4. Keseimbangan antara segala sesuatu yang
ada
5. Rasa kemanusiaan yang menolak peradaban
ras, golongan dan madzhab.[2]
1.3
Pusat-pusat peradaban
Islam
A. Makkah Al-Mukarramah
Makkah Al-Mukarramah merupakan kota
tempat lahirnya agama Islam, dimana Nabi Muhammad Lahir dan memperoleh wahyu
Alquran dikota Mekkah. Mekkah juga merupakan kota untuk menuntut ilmu,
baik pada masa Nabi Muhammad, khulafaur rasyidin maupun
masa Umayyah dan Abbasiyah , bahkan hingga sekarang.
Awalnya Mekkah merupakan pusat peradaban
jahiliyah yang penuh dengan paganisme. Akan tetapi seiring dengan perkembangan
agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad , kota Mekkah menjadi kota suci umat
Islam. Di kota ini juga terdapat Ka’bah di Masjidil Haram yang merupakan kiblat
umat Islam dalam shalat. Mekkah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan ,
khususnya menjadi pusat kajian ilmu hadits dan fiqih.
Dari Madinah setelah posisi dan kekuatan
Nabi Muhammad dan pengikutnya menjadi besar, beliau merebut kembali kota Mekkah
dengan cara menaklukkan kota itu secara damai , padatahun 8 H (630 M) sehingga
dikenal dengan Fathu Makkah, yaitu terbenruknya kota Mekkah.
Disamping sebagai kota suci, Mekkah juga
menjadi kota budaya, lantaran kebudayaan Islam dikembangkan oleh Nabi di kota
ini, disamping kota Madinah Al-Munawwarah.[3]
B. Madinah Al-Munawwarah
Madinah Al-Munawwarah , awalnya kota ini
bernama Yastrib. Kota Madinah menjadi pusat kebudayaan Islam setelah Nabi
Muhammad berhijrah dari Mekkah ke Yastrib. Setelah Nabi Hijrah ke Yastrib ,
maka kota tersebut dijadikan pusat jemaah kaum muslim, dan selanjutnya menjadi
ibu kota negara Islam yang segera didirikan oleh Nabi, dengan diubah namanya
menjadi Madinah.
Dari Madinah inilah Nabi meneruskan perjuangan
menyebarkan agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan
mengembangkan masyarakat Islam. Bahkan di Madinah ini, Nabi membangun sistem
kehidupan bermasyarakat Islam yang dicita-citakan.
Ditengah-tengah kota Madinah, segera Nabi
membangun masjid, yang menjadi pusat ibadah dan kebudayaan, bahkan dijadikan
markas besar negara Islam. Bagi negara yang baru dibangun itu, nabi telah
meletakkan dasar-dasarnya yang kuat, diantaranya yaitu ukhuwah Islamiyah
artinya persaudaraan islam.
Nabi saw mempersaudarakan antara semua
kaum muslimin yang berbeda-beda suku dan bangsa, yang berlain-lain warna kulit
dan rupa; Al-Wahdatul Islamiyah menggantikan Al-Wahdatul Qaumiyah, sehingga
dengan demikian mereka semua menjadi bersaudara dan sederajat.
Madinah juga merupakan pusat pemerintahan
Islam pada masa Nabi Muhammad, dan kemudian masa khulafaur rasyidin. Sejak masa
pemerintahan dipegang oleh Muawiyah bin
Abi Sufyan, pusat pemerintahan dipindahkan ke Damakus.
Madinah Al-Munawwarah merupakan kota
pusat kebudayaan Islam di Arab, karena kota ini merupakan pusat ilmu
pengetahuan dan kota perjuangan Nabi dalam menegakkan agama Islam sekaligus
merupakan pusat peradaban Islam.
Dikota Madinah ini pula terdapat masjid
Nabi yang terkenal dengan nama Masjid Nabawi. Di samping masjid dibangun
ruangan tertutup untuk para fikir miskinkaum muslimin. Masjid diberi pintu dua,
yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Setelah perang Khaibar, Nabi sendiri
memperbesar masjid ini, kemudian beturut-turut diperbesar lagi oleh Khalifah
Umar bin Khaththab, dan khalifah Utsman bin Affan. Kalifah Utsman
memperindahnya dengan batu-batu berukir dan batu akik berwarna.
Pada zaman Rasul dan para khulafaur
rasyidin, Masjid Madinah menjadi kantor besar yang didalamnya diurus segala
urusan pemerintah. Masjid tidak saja menjadi tempat beribadah, tetapi juga
menjadi pusatkehidupan politik, ekonomi, dan sosial. Rasul menerima duta-duta
luar negeri dalam masjid, sebagimana mengurus berbagai permasalahan urusan
negara lain. Di Masjid ini juga menjadi pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan.
Tidak pernah masjid memisahkan urusan agama dengan urusan politik, seperti
halnya dengan gereja.
Dikota ini Nabi Muhmmad dimakamkan. Kota
Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Mekkah Al-Mukarramah. Dari kota
ini lahir para ilmuwan muslim dan para ulama yang menghiasi lembaran-lembaran
sejarah umat Islam. Sebagimana kota
Mekkah, kota Madinah juga menjadi pusat kajian keilmuan keagamaan Islam,
khususnya ilmu hadits, ilmu fiqih, dan ilmu Tafsir Alquran.[4
C. Mesir (Kairo)
Kota Kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh
panglima perang dinasti Fathimiah yang beraliran Syi’ah Jawar Al-Siqili, diatas
perintah Khalifah Fathimiah, Al-Mu’izz Lidinillah (953-957 M),sebagai ibu kota
kerajaan dinasti tersebut. Bentuk kota ini hampir merupakan segi empat. Di
sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai saat ini
masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini memanjang dari Masjid Ibn Thulun
sampai ke Qal’at Al-Jabal, memanjang dari Jabal Al-Muqattam sampai ke tepi
sungai Nil. Daerah-daerah yang dilalui oleh dinding ini sekarang disebut al-Husainiyah,
Bab al- Luk, Syibra, dan Ahya Bulaq.
Penduduk kota ini berjumlah 10 juta jiwa 95% beragama Islam dan lainnya
menganut agama Kristen dan Yahudi.
Wilayah kekuasaan dinasti Fathimiah
meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan Syria. Berdirinya kota Kairo sebagai ibu
kota kerajaan dinasti ini membuat Baghdad mendapat saingan. Setelah pembangunan
kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Al-Siqili mendirikan masjid
Al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah
Universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Universitas ini
menjadi pendidikan Islam dan tempat pertemuan puluhan ribu mahasiswa muslim
yang datang dari seluruh penjuru dunia. Nama Al-Azhar diambil dari al-Zahra’,
julukan Fathimiah, puteri Nabi Muhammad Saw dan istri Ali Ibn Abi Thalib, imam
pertama Syi’ah.
Kota yang terletak di tepi sungai Nil ini
mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu pada masa dinasti Fathimiah, dimasa
Shalah Al-Din Al-Ayyubi dan dibawah Baybars dan Al-Nashir pada masa dinasti
Mamalik. Periode Fathimiah dimulai dengan Al-Mu’izz dan puncaknya terjadi pada
masa pemerintahan anaknya, Al-Aziz. Al-Mu’izz Lidinillah dan Aziz (957-996 M)
di Mesir dapat disejajarkan dengan harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun di Baghdad.
Selama pemerintahan Mu’izz dan tiga orang pengganti pertamanya, seni dan ilmu
mengalami kemajuan besar.
Al-Muizz melaksanakan tiga kebijakan
besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi,pembanguan ekonomi,dan
toleransi beragama (juga aliran). Dalam bidang administrasi ia mengangkat
seorang wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang
ekonomi, ia memberi gaji khusus kepada tentara,personilia istana,dan pejabat
pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat lembaga
peradilan, dua untuk mazhab Syi’ah dan dua untuk mazhab Sunni. Al-Aziz kemudian
mengadakan program baru dengan mendirikan masjid-masjid, istana, jambatan, dan
kanal-kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan Hakim Biamrillah, terdapat seorang
mahaguru bernama Ibn Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan
ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakim diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya
diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan
ahli optika. Yang disebut terakhir menemukan sinar cahaya datang dari objek ke
mata dan buka keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
Pada masa pemerintahan Al-Hakim (996-1021
M), didirikan Bait al-Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang
didirikan oleh Al-Ma’mun di Baghdad. Di lembaga ini banyak sekali koleksi
buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi,kedokteran,
dan ajaran-ajaran Islam terutama Syi’ah.
Pada masa-masa selanjutnya, dinasti
Fathimiah mulai mendapat pangguan-pangguan politik. Akan tetapi Kairo tetap
menjadi sebuah kota besar dan penting. Kairo tetap menjadi sebuah kota besar
dan penting. Ketika jayanya, di Kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik
khalifah, penuh dengan barang-barang dari dalam dan luar negeri.
Kafilah-kafilah, tempat-tempat pemandian, dan sarana umum lainnya banyak sekali
didirikan oleh penguasa. Istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000
diantaranya adalah pembantu, 1.000 pengawal kuda.
Dinasti Fathimiah ditumbangkan oleh
dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, seorang pahlawan Islam
terkenal dalam perang salib. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah
yang didirikan oleh dinasti Fathimiah tetapi mengubah orientasi keagamaannya
dari Syi’ah kepada sunni. Ia juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiah baru,
terutama masjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teologi dan hukum.
Karya-karya ilmiah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus
biografi, kompendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu
kedokteran diajarkan dirumah-rumah sakit. Presentasinya yang lain adalah
didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
Kekuasaan dinasti Ayyubiyah di Mesir diambil
alih oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya
dari serangan bangsa Mongol dan mengalahkan tentara Mongol itu Ayn Jalut
dibawah pimpinan Baybars. Meskipun bukan sultan yang pertama, Baybars
(1260-1277) dapat dikatakan sebagai pendiri sebenarnya dinasti ini. Sebagaimana
Shalah Al-Din, ia juga pahlawan Islam terkenal dalam perang salib. Pada masa
itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban Islam yang selamat dari
serangan Mongol. Oleh karenanya, Kairo menjadi pusat peradaban dan kebudayaan
Islam terpenting. [5]
D. Spanyol (Andalusia)
Andalusia
adalah sebuah wilayah Islam di Spanyol. Setelah Andalusia menjadi wilayah
Islam, maka dibangunlah kembali kota-kota lama, disamping membangun kota baru,
dengan gaya seni bangunan Islami, dimana kemudian Andalusia terkenal dengan
kota-kotanya yang indah, masjid-masjid yang cantik, istana-istananya yang
mengagumkan dan taman-tamannya yang mempesona.[6]
Di spanyol juga banyak kota-kota Islam yang mansyur dan menjadi pusat peradaban
Islam, seperti Cordovan, Sevilla, Granada, Kordovan, Samarkand dan Bukhara (Transoxania)
1. Cordovan
Kota ini terletak disebelah selatan
lereng gunung sierra Cordovan dan di tepi sungai Guadalquivir. Sebelum Spanyol
ditaklukan oleh tentara Islam 711 M, Cordavon adalah ibu kota kerajaan Kristen
Visigoth , sebelum dipindahkan ke Toledo. Penaklukan Spanyol oleh pasukan Islam
terjadi pada masa khalifah Al-Walid ibn Abd Al-Malik, dibawah pimpinan Tarik
Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Dbawah pemerintahan kerajaan Visigoth, Cordavon
yang sebelumnya makmur menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit kembali dimasa
kekuasaan Islam. Pada tahun 756 M, kota ini menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan
Bani Umayyah di Spanyol, setelah Bani Umayyah di Damaskus jatuh ketangan Bani
Abbas tahun 750 M. Penguasa Bani Umayyah pertama di Spanyol adalah Abd
Al-Rahman Al-Dakhil. Kekuasaan Bani Umayyah di Andalus ini berlangsung dari
tahun 756 M sampai 1031 M.
Sebagai ibu kota pemerintahan, Cordova di
masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bangunan-bangunan
baru yang didirikan, seperti istana dan masjid-masjid. Kota ini diperluas
dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Sebuah jembatan dengan gaya
atsitektur Islam yang mempunyai 16 lengkungan dalam gaya Romawi, menghubungkan
Cardova dengan daerah pinggiran diseberang sungai. Disebelah barat jambatan itu
berdiri istana Al-Cazar. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada masa
emerintahan Abd Al-Rahman Al-Nashir dipertengahan abad ke 10 M. Pada masa
pemerintahan Islam, Cordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang
dari perak, sulaman-sulaman dari sutera. Pada tahun 1236 M, Cordova direbut
oleh tentara Kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari Castilla. Stelah itu,
supremasi Islam spanyol mengalami kemunduran.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di
Spanyol, Cordova menjadi pusat ilmu pengetahuan di kota ini berdiri Universitas
Cordova di kota ini juga terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai
koleks buku kira-kira 400.000 judul buku kemajuan ini tidak lepas dari jasa
kedua orang kahalifah pncinta ilmu , Abd Al-Rahman Al-Nashir dan anaknya Al-Hakam.
2. Sevilla
Kota Sevilla (Asyibiliyah) dibangun pada
masa Dinasti Al-Muwahhidin memerintah. Kota ini pernah menjadi ibu kota
Andalusia. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bersama
Romula Agusta, kemudian berubah menjadi Hispah, sebelum menjadi Asyibiliyah.
Selama dikuasai Islam, kota ini selalu
perindah dengan tanaman-tanaman berbunga yang harum baunya. Pengaruh Romawi
nampak pada penanaman pohon-pohon zaitun dan tata cara kehidupan disusun.
sedangkan orang-orang Arab dan Yahudi telah meninggalkan sifat-sifat yang serba
mistik.
Sevilla berada dibawah kekuasaan Islam,
kurang lebih selama 500 tahun (712-1248). Tidak heranlah jika kini banyak
dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya Islam. Salah satu bangunan yang
menjadi kebanggan umat Islam, kini telah berubah dari masjid besar menjadi
gereja yaitu Santa Maria de Ia Sede. Masjid besar itu dahulu dibangun pada
tahun 1711 M pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Yakub (1163-1184 M).
Sevilla jatuh ke tangan raja Ferdinand pada tahun 1492 M.
3. Granada
Kota Granada terletak di tepi sungai
Genil di kaki gunung Sierra Nevada, berdekatan dengan pantai laut Mediterania
(Laut Tengah). Granada semula adalah tempat tinggal orang Iberia, kemudian
menjadi kota orang Romawi dan baru terkenal setelah berada ditangan orang-orang
islam. Kota ini berada dibawah kekuasaan
Islam hampir bersamaan dengan kota-kota lain di spanyol yang ditaklukan oleh
tentara Bani Umayyah dibawah pimpinan Tarik Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair
tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia, Granada
mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran , tahun
1031 M, dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperindah oleh penguasa setempat
, yaitu dinasti Zirids. Setelah itu Granada jatuh dibawah pemerintahan
Al-Murabitun, setelah dinasti Barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M.
Granada dikelilingi oleh tembok. Adapun
stuktur penduduknya terdiri dari campuran berbagai bangsa, terutama Arab,
Barbas, dan Spanyol yang menganut tiga agama besar yaitu Islam,Kristen dan
Yahudi.
Pada masa pemerintahan Muhammad V
(1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam arsitektur
maupun dalam bidang politik. Akan tetapi menjelang akhir abad ke-15
pemerintahan menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga.
Demikianlah, pada tahun 1492 Andalusia
jatuh ketangan penguasa Kristen , yaitu Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari
Castilia. Pada tahun 1610 orang-orang Islam diusir dari Andalusia[7]
4. Samarkand dan Bukhara (Transoxania)
Transoxania
adalah wilayah Samarkand dan Bukhara . Transoxania adalah wilayah yang terletak
di Asia Tenggara, terletak di sekitar
barat Cina, selatan Rusia dan sebelah timur Afghanistan. Diwilayah ini
terdapat dua kota penting yang menjadi pusat peradaban Islam, yaitu Samarkand
dan Bukhara.
1. Samarkand
Samarkand berada disebelah selatan sungai
As-Saghad, riwayat tentang kota Samarkand yang tertua disebut dalam
berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar Zulkarnain (Alexander
the Great) di Timur. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa kota Samarkand
beberapa kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang melawan
Spitamenes. Akan tetapi, menurut riwayat-riwayat tertua dalam bahasa Arab ,
Iskandarlah yang mendirikan kota Samarkand itu.
Setelah tahun 323 M, kota ini menjadi
bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat di Bactria. Setelah itu kota
tersebut berdiri pula kerajaan Graeco-Bactria (Bactria-Yunani) pada masa
Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara Samarkand
dengan Persia dan Cina putus, meskipun hubungan dalam bidang budaya masih tetap
berlanjut.
Di Samarkand terdapat makam terkenal yang
sangat dihormati dan dikunjungi orang yaitu makam Qasim bin Abbas, yang
dipandang sebagai pembawa agama Islam ke negeri ini pada masa Khalifah Utsman
bin Affan. Di Samarkand juga teradapat makam ulama theology terkenal yaitu Abu
Manshur Al-Maturidi, yaitu seorang ulama pendiri aliran aliran Maturidiyah,
penopang paham Ahlus Sunnah.
Salah seorang wali songo, yaitu Maulana
Malik Ibrahim (wafat 1419 M) juga disebut konn berasal dari daerah Samarkand,
karena ia berasal dari keturunan Ibrahim As-Samarkandi yang kemudian di Jawa
dikenal dengan sebutan Ibrahim Asmarakandi.
2. Bukhara
Adapun Bukhara diperkirakan sudah ada
sebelum Islam, kota ini sudah ada ketika Zulkarnain datang kesana. Pengaruh
Persia sangat menonjol pada banguan-banguann kuno. Demikian pula pengaruh Cina.
Sebelum Islam datang ke Bukhara penganut agama Buddha cukup banyak.
Pada tahun 204 H/ 819 M Al-Makmun, khalifah
dari dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menyerahkan urusan pemerinthan
Transoxania, khususnya Samarkand dan Bukhara pada keluarga Asad ibn Saman.
Sejak itu dua kota ini berada dibawah kekuasaan Dinasti Samaniyah. Dalam
pemerintahan Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan rakyatnya hidup
sejahtera.
Di kota ini juga terdapat makam yang
dihormati yang menjadi tempat ziarah umat islam, yaitu makam Bahauddin
An-Naqsayabandi (wafat pada abad 8 H/14 M, seorang pendiri aliran dalam bidang
sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah yang banyak pengikutnya di dunia Islam.
Pada mas kejayaannya Bukhara terdapat
istana Dinasti Samani yang merupakan pernguruan tinggi dan pusat kegiatan ilmu
dan kehidupan pengetahuan. Terkenllah Maktab Nuh bin Nashr As-Samami sebagai
perguruan tinggi yang lengkap.
Disamping itu, dari kota Bukhara lahir
ulama hadis terkenal yaitu Imam Bukhari yang menulis kitab Shahih Bukhari. Kota
Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam.[8]
E.
Baghdad
Baghdad didirikan pada tahun 762 M oleh
Khaliafah ke dua dinasti Abbasiyah yaitu Khalifah Al-Manshur (754-755 M) . Satu
tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang cukup luas, yang
terletak antara sungai Tigris dengan sungai Eufrat. Setelah mencari-cari daerah
yang startegis untuk ibu kotanya, akhirnya pilihan jatuh pada daerah yang
kemudian diberi nama Baghdad.
Menurut cerita rakyat, daerah ini
sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan , raja Persia yang
masyur, dimusim panas. Baghdad berarti “ Taman Keadilan”. Dalam pembanguan kota
Baghdad khalifah memperkerjakan ahli banguanan, yang terdiri dari
arsitektur,tukang batu, tukang kayu,tukang lukis,ahli pahat, dan lain-alain.
Mereka didatangkan dari Syria,Mosul,Basrah dan Kufah yang berjumlah sekitar
100.000 orang. Kota ini berbentuk
bundar, di sekelilingnya dibangun parit besar yang berfungsi sebagai saluran
air dan sekaligus sebagai benteng.
Istana khalifah terletak di tengah-tengah
kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur Persia, yang dikenal dengan Al-Qashr
Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid,
temapat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri serta keluarga
khalifah
Kota Baghdad sejak awal berdirinya sudah
menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Masa
puncak keemasan kota Baghdad terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid
(786-809 M), dan anaknya Al-Makmun (183-833 M). Baghdad pada masa tersebut
menjadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu
pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat, bahkan kahalifah Al-Makmun
memiliki perpustakaan yang dipengaruhi oleh Nizamul Mulk (5 H) dan perguruan
Al-Mustanshiriyah yang didirikn oleh khaifah Al-Muntashir Billah (Abad 7 H).
Dari Baghdad lahir karya-karya sastra
yang indah. Di antaranya adalah Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam). Dari
kota ini lahir para ilmuwan , ulama, filsuf, dan sastrawan terkenal,
diantaranya : Al-Khawarizmi (tokoh astronomi dan matematika,penemu ilmu
Al-jabar), Al-Kindi (filsuf arab pertama), Al Farabi (filsuf besar), Ar-Razi
(filsuf,ahli fisika,dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan dan ulama
ternama), Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (pendiri tarekat Qadiriyah), dan
lain-lain.
Karena serangan bangsa Mongol dibawah Hulagu Khan
pada tahun 1258 M kota ini hancur
berantakan. Semua banguan kota termasuk pula oleh pasukan timur Lenk, dan pada
tahun 1508 M kota ini juga dihancurkan oleh tentara
kerajaan Safawi.[9]
Faktor-faktor yang menunjang peradaban di
kota-kota peradaban islam diantaranya adalah :
1. Fakor Ekonomi
Ekonomi adalah jantung dari segala
aktivitas. Dengan majunya ekonomi, maka tidak diragukan jika suatu daerah pun
maju karenanya
2. Faktor Stabilitas Politik yang Mantap
Pengaturan strategi politik juga membawa
ke arah kemajuan. Dengan politik dan dapat direncanakan apa yang harus
dilaksanakan terlebih dahulu dan apa yang nomorduakan untuk kemanfaatan daerah
tersebut.
3. Faktor Geografis
Letak suatu daerah yang notabene berada
didaerah persimpangan, akan dilancarkan hubungan perdagangan antara berbagai
daerah, karena biasanya daerah transit itu akan lebih cepat berkembang dari
pada daerah pedalaman.
Berkenaan dengan adanya faktor-faktor
yang menunjang peradaban ada juga faktor yang membuat kota-kota tersebut
merosot tajam. di Spanyol, akibat gerakan Kristenisasi oleh Raja Philip II,
menekan kembali keberadaan umat muslim Spanyol yang menghadapkan mereka pada
dua pilihan, masuk kristen atau keluar dari Andalusia. Mungkin dapat digaris
besarkan faktor-faktor pemicu kemerosotan itu sendiri:
a) Faktor ekonomi daerah lemah
b) Stabilitas politik lemah dan,
c) Adanya kemungkinan bahwa Islam tersebar
dengan pedang dengan motivasi ekspansi bukan menerapkan atau membaurkan kultur
dengan penduduk setempat.[10]
DAFTAR PUSTAKA
Amir Munir Samsul,2009.Sejarah
Peradaban Islam,Jakarta: AMZAH.
Syukur Fatah,2009.Sejarah Peradaban
Islam,Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Yatim Badri,2011. Sejarah Peradaban Islam Dirisalah Islamiyah II, Jakarta:
RajaGarafindo Persada.
[1] Fatah
Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang, Pustaka Rizki Putra,2009), hlm 254.
[2]
Ibid.,hlm.255.
[3] Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta,Amzah,2009),hlm 281.
[4]
Ibid.,hlm.282.
[5] Badri
Yatim,Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta,RajaGrafindo Persada,2011),hlm 281.
[6]
Ibid.,hlm.291.
[8] Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta,Amzah,2009),hlm 296.
[9] Samsul
Munir Amir,Ibid.,hlm 284.
[10] Fatah
Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang, Pustaka Rizki Putra,2009), hlm 265.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar