Jumat, 12 Juni 2015





BAB I
PENDAHULUAN

1.  1 Latar Belakang
Peradaban Islam pada mulanya mulai dari zaman Rasulullah saw. Sampai abad ke-12 M. Telah berhasil dengan gemilang membangun peradaban-peradabannya yang untuk dan melahirkan sejarawan kelas dunia. Itulah sebabnya peradaban islam dapat  melahirkan organisasi , bahasa wilayah, pusat ekonomi, pendidikan, kepercayaan  dan ilmu pengetahuan yang sumber dan tuntutannya tidak lepasdari yng utama “Islam”.
Di permukaan  dunia ini pernah timbul beberapa peradaban, tetapi kemudian menghilang sirna. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan telah pernah tersebar meningkat gemilang , tapi akhirnya merosot menjadi rusak. Petunjuk-petunjuk keagamaan pernah bercahaya laksana bulan purnama, tapi akhirnya redup dan gelap gulita.
Begitulah manusia senantiasa dalam keadaan tidak tetap, antara bangkit dan jatuh, turun dan naik. Malah bangsa-bangsa ada di antaranya yang tadinya begitu besar dan jaya lama-kelamaan menjadi kecil dan akhirnya lenyap untuk kemudian digantikan oleh bangsa yang baru timbul yang makin lama makin maju dan menjadi bangsa yang besar pula, hingga pada suatu ketika dengan pengalaman-pengalaman itu umumnya manusia penduduk alam ini menjadi matang untuk menerima kemajuan yang sesungguhnya dalam segala bidang . pada waktu Islam datang seluruh dunia sedang mengalami kemunduran di segenap bidang dan lapangan , baik mengenai agama, ilmu pengetahuan, peradaban dan politik. Belum berlalu masa 100 tahun, Islam telah dapat menegakkan dan memperbaharui serta meluruskan paham agama-agama yang telah lalu, ilmu pengetahuan yang tinggi dan kenyakinan , peradaban yang membawa kebahagiaan dan politik yang selalu menguntungkan, yang semua itu telah disiarkan diseluruh dunia, baik Timur maupun Barat  dengan kecepatan laksana kilat dan bersenjatakan kebenaran yang ampuh.
Dan oleh karenanya, seenjak itu dunia berubah corak,  manusia mendapat hembusan nafas baru mulai sumber-sumber hanyat yang akan sirna dan berubah lagi selagi ada bumi dan langit.

1.  2 Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian dari peradaban ?
2.   Apa ciri-ciri dari peradaban ?
3.   Apa saja nama  kota-kota yang menjadi pusat peradaban?
1 . 3 Tujuan
1.   Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari peradaban
2.   Agar pembaca dapat mengetahui ciri-ciri peradaban
3.   Agar membaca dapat mengetahui kota-kota mana saja yang menjadi pusat peradaban

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peradaban
Sebelum membahas lebih lanjut tentang profil peradaban Islam terlebih dahulu penulis perlu memaparkan arti peradaban . banyak sekali arti peradaban dimana satu ahli lainnya berbeda, karena berbeda sudut pandang kajiannya, maka berbeda pula definisi yang disampaikan. Untuk itu, perlu kiranya penulis memaparkan tentang pengertian peradaban dari para ahli sejarah.
a)    Menurut Kelly dan Goh Phay Yen, peradaban adalah tempat dimana masyarakat membangun kota-kota, dimana ada hukum dan peraturan serta dimana masyarakat tersebut memiliki sistem pemerintahan sendiri.
b)   Menurut Prof. M.A.J Beg, peradaban adalah pencapaian manusia dalam bentuk kota,tulisan,kesenian,seni bangunan, agama, undang-undang dan politik.
c)    Menurut Edward L.Farmer, Mengartikan peradaban sebagai unit budaya terbesar dalam organisasi manusia yang terdiri dari norma-norma sosial, tradisi dan institusi yang menurun antara generasi.
d)   Menurut Prof.Arnold J.Toybee, mengartikan peradaban sebagai suatu pola pikir manusia yang melahirkan institusi politik, undang-undang, kesenian, kesusasteraan,agama dan moral.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban islam adalah unit pencapaiaan budaya umat manusiayang dengan bimbingan agama maupun melahirkan tatanan sosial politik dan hukum, bahasa dan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peradaban disini merupakan satu proses perubahan cara hidup manusia. Keajuan yang dicapai dalam aspek bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan, sosial, politik,hukum dan agama. Prosesnya berjalan secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama.[1]




1.2              Ciri-ciri Masyarakat Peradaban
Ciri-ciri masyarakat peradaban adalah:
1.    Orang-orangnya membangun kota
2.    Ada sistem pemerintahan yang baik
3.    Ada pekerja dan kelas sosial yang berbeda
4.    Ada kegiatan keagamaan
5.    Ada surat bentuk lisan
Menurut, Lew Hee Men, ciri-cirinya adalah :
1.    Adanya kota dan pelabuhan
2.    Adanya tulisan dan bahasa
3.    Adanya organisasi sosial
4.    Teknologi perkembangan maju
5.    Agaa yang kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat
6.    Kerajaaan dan sistem pemerintahan yang berkuasa mulai muncul
7.    Ada suatu bentuk lisan
Sedangkan menurut Dr. Imaduddin  Kholil, ciri-cirinya adalah :
1.    Konsisten dengan keimanan
2.    Asli dan terbuka
3.    Mampu menjawab tantangan
4.    Keseimbangan antara segala sesuatu yang ada
5.    Rasa kemanusiaan yang menolak peradaban ras, golongan dan madzhab.[2]

1.3               Pusat-pusat peradaban Islam
A.       Makkah Al-Mukarramah
Makkah Al-Mukarramah merupakan kota tempat lahirnya agama Islam, dimana Nabi Muhammad Lahir dan memperoleh wahyu Alquran dikota Mekkah. Mekkah juga merupakan kota untuk menuntut ilmu, baik  pada  masa Nabi Muhammad, khulafaur rasyidin maupun masa Umayyah dan Abbasiyah , bahkan hingga sekarang.
Awalnya Mekkah merupakan pusat peradaban jahiliyah yang penuh dengan paganisme. Akan tetapi seiring dengan perkembangan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad , kota Mekkah menjadi kota suci umat Islam. Di kota ini juga terdapat Ka’bah di Masjidil Haram yang merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Mekkah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan , khususnya menjadi pusat kajian ilmu hadits dan fiqih.
Dari Madinah setelah posisi dan kekuatan Nabi Muhammad dan pengikutnya menjadi besar, beliau merebut kembali kota Mekkah dengan cara menaklukkan kota itu secara damai , padatahun 8 H (630 M) sehingga dikenal dengan Fathu Makkah, yaitu terbenruknya kota Mekkah.
Disamping sebagai kota suci, Mekkah juga menjadi kota budaya, lantaran kebudayaan Islam dikembangkan oleh Nabi di kota ini, disamping kota Madinah Al-Munawwarah.[3]
B.       Madinah Al-Munawwarah
Madinah Al-Munawwarah , awalnya kota ini bernama Yastrib. Kota Madinah menjadi pusat kebudayaan Islam setelah Nabi Muhammad berhijrah dari Mekkah ke Yastrib. Setelah Nabi Hijrah ke Yastrib , maka kota tersebut dijadikan pusat jemaah kaum muslim, dan selanjutnya menjadi ibu kota negara Islam yang segera didirikan oleh Nabi, dengan diubah namanya menjadi Madinah.
Dari Madinah inilah Nabi meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan mengembangkan masyarakat Islam. Bahkan di Madinah ini, Nabi membangun sistem kehidupan bermasyarakat Islam yang dicita-citakan.
Ditengah-tengah kota Madinah, segera Nabi membangun masjid, yang menjadi pusat ibadah dan kebudayaan, bahkan dijadikan markas besar negara Islam. Bagi negara yang baru dibangun itu, nabi telah meletakkan dasar-dasarnya yang kuat, diantaranya yaitu ukhuwah Islamiyah artinya persaudaraan islam.
Nabi saw mempersaudarakan antara semua kaum muslimin yang berbeda-beda suku dan bangsa, yang berlain-lain warna kulit dan rupa; Al-Wahdatul Islamiyah menggantikan Al-Wahdatul Qaumiyah, sehingga dengan demikian mereka semua menjadi bersaudara dan sederajat.
Madinah juga merupakan pusat pemerintahan Islam pada masa Nabi Muhammad, dan kemudian masa khulafaur rasyidin. Sejak masa pemerintahan dipegang  oleh Muawiyah bin Abi Sufyan, pusat pemerintahan dipindahkan ke Damakus.
Madinah Al-Munawwarah merupakan kota pusat kebudayaan Islam di Arab, karena kota ini merupakan pusat ilmu pengetahuan dan kota perjuangan Nabi dalam menegakkan agama Islam sekaligus merupakan pusat peradaban Islam.
Dikota Madinah ini pula terdapat masjid Nabi yang terkenal dengan nama Masjid Nabawi. Di samping masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fikir miskinkaum muslimin. Masjid diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Setelah perang Khaibar, Nabi sendiri memperbesar masjid ini, kemudian beturut-turut diperbesar lagi oleh Khalifah Umar bin Khaththab, dan khalifah Utsman bin Affan. Kalifah Utsman memperindahnya dengan batu-batu berukir dan batu akik berwarna.
Pada zaman Rasul dan para khulafaur rasyidin, Masjid Madinah menjadi kantor besar yang didalamnya diurus segala urusan pemerintah. Masjid tidak saja menjadi tempat beribadah, tetapi juga menjadi pusatkehidupan politik, ekonomi, dan sosial. Rasul menerima duta-duta luar negeri dalam masjid, sebagimana mengurus berbagai permasalahan urusan negara lain. Di Masjid ini juga menjadi pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan. Tidak pernah masjid memisahkan urusan agama dengan urusan politik, seperti halnya dengan gereja.
Dikota ini Nabi Muhmmad dimakamkan. Kota Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Mekkah Al-Mukarramah. Dari kota ini lahir para ilmuwan muslim dan para ulama yang menghiasi lembaran-lembaran sejarah umat Islam.  Sebagimana kota Mekkah, kota Madinah juga menjadi pusat kajian keilmuan keagamaan Islam, khususnya ilmu hadits, ilmu fiqih, dan ilmu Tafsir Alquran.[4

C.       Mesir (Kairo)
Kota Kairo dibangun  pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti Fathimiah yang beraliran Syi’ah Jawar Al-Siqili, diatas perintah Khalifah Fathimiah, Al-Mu’izz Lidinillah (953-957 M),sebagai ibu kota kerajaan dinasti tersebut. Bentuk kota ini hampir merupakan segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai saat ini masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini memanjang dari Masjid Ibn Thulun sampai ke Qal’at Al-Jabal, memanjang dari Jabal Al-Muqattam sampai ke tepi sungai Nil. Daerah-daerah yang dilalui oleh dinding ini sekarang disebut al-Husainiyah, Bab al- Luk, Syibra, dan Ahya Bulaq.  Penduduk kota ini berjumlah 10 juta jiwa 95% beragama Islam dan lainnya menganut agama Kristen dan Yahudi.
Wilayah kekuasaan dinasti Fathimiah meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan Syria. Berdirinya kota Kairo sebagai ibu kota kerajaan dinasti ini membuat Baghdad mendapat saingan. Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Al-Siqili mendirikan masjid Al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah Universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Universitas ini menjadi pendidikan Islam dan tempat pertemuan puluhan ribu mahasiswa muslim yang datang dari seluruh penjuru dunia. Nama Al-Azhar diambil dari al-Zahra’, julukan Fathimiah, puteri Nabi Muhammad Saw dan istri Ali Ibn Abi Thalib, imam pertama Syi’ah.
Kota yang terletak di tepi sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu pada masa dinasti Fathimiah, dimasa Shalah Al-Din Al-Ayyubi dan dibawah Baybars dan Al-Nashir pada masa dinasti Mamalik. Periode Fathimiah dimulai dengan Al-Mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, Al-Aziz. Al-Mu’izz Lidinillah dan Aziz (957-996 M) di Mesir dapat disejajarkan dengan harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun di Baghdad. Selama pemerintahan Mu’izz dan tiga orang pengganti pertamanya, seni dan ilmu mengalami kemajuan besar.
Al-Muizz melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi,pembanguan ekonomi,dan toleransi beragama (juga aliran). Dalam bidang administrasi ia mengangkat seorang wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji khusus kepada tentara,personilia istana,dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk mazhab Syi’ah dan dua untuk mazhab Sunni. Al-Aziz kemudian mengadakan program baru dengan mendirikan masjid-masjid, istana, jambatan, dan kanal-kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan Hakim Biamrillah, terdapat seorang mahaguru bernama Ibn Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakim diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli optika. Yang disebut terakhir menemukan sinar cahaya datang dari objek ke mata dan buka keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
Pada masa pemerintahan Al-Hakim (996-1021 M), didirikan Bait al-Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang didirikan oleh Al-Ma’mun di Baghdad. Di lembaga ini banyak sekali koleksi buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi,kedokteran, dan ajaran-ajaran Islam terutama Syi’ah.
Pada masa-masa selanjutnya, dinasti Fathimiah mulai mendapat pangguan-pangguan politik. Akan tetapi Kairo tetap menjadi sebuah kota besar dan penting. Kairo tetap menjadi sebuah kota besar dan penting. Ketika jayanya, di Kairo terdapat lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh dengan barang-barang dari dalam dan luar negeri. Kafilah-kafilah, tempat-tempat pemandian, dan sarana umum lainnya banyak sekali didirikan oleh penguasa. Istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000 diantaranya adalah pembantu, 1.000 pengawal kuda.
Dinasti Fathimiah ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, seorang pahlawan Islam terkenal dalam perang salib. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh dinasti Fathimiah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah kepada sunni. Ia juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiah baru, terutama masjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teologi dan hukum. Karya-karya ilmiah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus biografi, kompendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan dirumah-rumah sakit. Presentasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
Kekuasaan dinasti Ayyubiyah di Mesir diambil alih oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan mengalahkan tentara Mongol itu Ayn Jalut dibawah pimpinan Baybars. Meskipun bukan sultan yang pertama, Baybars (1260-1277) dapat dikatakan sebagai pendiri sebenarnya dinasti ini. Sebagaimana Shalah Al-Din, ia juga pahlawan Islam terkenal dalam perang salib. Pada masa itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban Islam yang selamat dari serangan Mongol. Oleh karenanya, Kairo menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam terpenting. [5]
D.       Spanyol (Andalusia)
                        Andalusia adalah sebuah wilayah Islam di Spanyol. Setelah Andalusia menjadi wilayah Islam, maka dibangunlah kembali kota-kota lama, disamping membangun kota baru, dengan gaya seni bangunan Islami, dimana kemudian Andalusia terkenal dengan kota-kotanya yang indah, masjid-masjid yang cantik, istana-istananya yang mengagumkan dan taman-tamannya yang mempesona.[6] Di spanyol juga banyak kota-kota Islam yang mansyur dan menjadi pusat peradaban Islam, seperti Cordovan, Sevilla, Granada, Kordovan, Samarkand dan Bukhara (Transoxania)
1.   Cordovan
Kota ini terletak disebelah selatan lereng gunung sierra Cordovan dan di tepi sungai Guadalquivir. Sebelum Spanyol ditaklukan oleh tentara Islam 711 M, Cordavon adalah ibu kota kerajaan Kristen Visigoth , sebelum dipindahkan ke Toledo. Penaklukan Spanyol oleh pasukan Islam terjadi pada masa khalifah Al-Walid ibn Abd Al-Malik, dibawah pimpinan Tarik Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Dbawah pemerintahan kerajaan Visigoth, Cordavon yang sebelumnya makmur menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit kembali dimasa kekuasaan Islam. Pada tahun 756 M, kota ini menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, setelah Bani Umayyah di Damaskus jatuh ketangan Bani Abbas tahun 750 M. Penguasa Bani Umayyah pertama di Spanyol adalah Abd Al-Rahman Al-Dakhil. Kekuasaan Bani Umayyah di Andalus ini berlangsung dari tahun 756 M sampai 1031 M.
Sebagai ibu kota pemerintahan, Cordova di masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bangunan-bangunan baru yang didirikan, seperti istana dan masjid-masjid. Kota ini diperluas dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Sebuah jembatan dengan gaya atsitektur Islam yang mempunyai 16 lengkungan dalam gaya Romawi, menghubungkan Cardova dengan daerah pinggiran diseberang sungai. Disebelah barat jambatan itu berdiri istana Al-Cazar. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada masa emerintahan Abd Al-Rahman Al-Nashir dipertengahan abad ke 10 M. Pada masa pemerintahan Islam, Cordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutera. Pada tahun 1236 M, Cordova direbut oleh tentara Kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari Castilla. Stelah itu, supremasi Islam spanyol mengalami kemunduran.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, Cordova menjadi pusat ilmu pengetahuan di kota ini berdiri Universitas Cordova di kota ini juga terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleks buku kira-kira 400.000 judul buku kemajuan ini tidak lepas dari jasa kedua orang kahalifah pncinta ilmu , Abd Al-Rahman Al-Nashir dan anaknya Al-Hakam.
2.   Sevilla
Kota Sevilla (Asyibiliyah) dibangun pada masa Dinasti Al-Muwahhidin memerintah. Kota ini pernah menjadi ibu kota Andalusia. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bersama Romula Agusta, kemudian berubah menjadi Hispah, sebelum menjadi Asyibiliyah.
Selama dikuasai Islam, kota ini selalu perindah dengan tanaman-tanaman berbunga yang harum baunya. Pengaruh Romawi nampak pada penanaman pohon-pohon zaitun dan tata cara kehidupan disusun. sedangkan orang-orang Arab dan Yahudi telah meninggalkan sifat-sifat yang serba mistik.
Sevilla berada dibawah kekuasaan Islam, kurang lebih selama 500 tahun (712-1248). Tidak heranlah jika kini banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya Islam. Salah satu bangunan yang menjadi kebanggan umat Islam, kini telah berubah dari masjid besar menjadi gereja yaitu Santa Maria de Ia Sede. Masjid besar itu dahulu dibangun pada tahun 1711 M pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Yakub (1163-1184 M). Sevilla jatuh ke tangan raja Ferdinand pada tahun 1492 M.
3.   Granada
Kota Granada terletak di tepi sungai Genil di kaki gunung Sierra Nevada, berdekatan dengan pantai laut Mediterania (Laut Tengah). Granada semula adalah tempat tinggal orang Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi dan baru terkenal setelah berada ditangan orang-orang islam.  Kota ini berada dibawah kekuasaan Islam hampir bersamaan dengan kota-kota lain di spanyol yang ditaklukan oleh tentara Bani Umayyah dibawah pimpinan Tarik Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran , tahun 1031 M, dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperindah oleh penguasa setempat , yaitu dinasti Zirids. Setelah itu Granada jatuh dibawah pemerintahan Al-Murabitun, setelah dinasti Barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M.
Granada dikelilingi oleh tembok. Adapun stuktur penduduknya terdiri dari campuran berbagai bangsa, terutama Arab, Barbas, dan Spanyol yang menganut tiga agama besar yaitu Islam,Kristen dan Yahudi.
Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam arsitektur maupun dalam bidang politik. Akan tetapi menjelang akhir abad ke-15 pemerintahan menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga.
Demikianlah, pada tahun 1492 Andalusia jatuh ketangan penguasa Kristen , yaitu Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Castilia. Pada tahun 1610 orang-orang Islam diusir dari Andalusia[7]
4.   Samarkand dan Bukhara (Transoxania)
        Transoxania adalah wilayah Samarkand dan Bukhara . Transoxania adalah wilayah yang terletak di Asia Tenggara, terletak di sekitar  barat Cina, selatan Rusia dan sebelah timur Afghanistan. Diwilayah ini terdapat dua kota penting yang menjadi pusat peradaban Islam, yaitu Samarkand dan Bukhara.
1.    Samarkand
Samarkand berada disebelah selatan sungai As-Saghad, riwayat tentang kota Samarkand yang tertua disebut dalam berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great) di Timur. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa kota Samarkand beberapa kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang melawan Spitamenes. Akan tetapi, menurut riwayat-riwayat tertua dalam bahasa Arab , Iskandarlah yang mendirikan kota Samarkand itu.
Setelah tahun 323 M, kota ini menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat di Bactria. Setelah itu kota tersebut berdiri pula kerajaan Graeco-Bactria (Bactria-Yunani) pada masa Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara Samarkand dengan Persia dan Cina putus, meskipun hubungan dalam bidang budaya masih tetap berlanjut.
Di Samarkand terdapat makam terkenal yang sangat dihormati dan dikunjungi orang yaitu makam Qasim bin Abbas, yang dipandang sebagai pembawa agama Islam ke negeri ini pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Di Samarkand juga teradapat makam ulama theology terkenal yaitu Abu Manshur Al-Maturidi, yaitu seorang ulama pendiri aliran aliran Maturidiyah, penopang paham Ahlus Sunnah.
Salah seorang wali songo, yaitu Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M) juga disebut konn berasal dari daerah Samarkand, karena ia berasal dari keturunan Ibrahim As-Samarkandi yang kemudian di Jawa dikenal dengan sebutan Ibrahim Asmarakandi.
2.    Bukhara
Adapun Bukhara diperkirakan sudah ada sebelum Islam, kota ini sudah ada ketika Zulkarnain datang kesana. Pengaruh Persia sangat menonjol pada banguan-banguann kuno. Demikian pula pengaruh Cina. Sebelum Islam datang ke Bukhara penganut agama Buddha cukup banyak.
Pada tahun 204 H/ 819 M Al-Makmun, khalifah dari dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menyerahkan urusan pemerinthan Transoxania, khususnya Samarkand dan Bukhara pada keluarga Asad ibn Saman. Sejak itu dua kota ini berada dibawah kekuasaan Dinasti Samaniyah. Dalam pemerintahan Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan rakyatnya hidup sejahtera.
Di kota ini juga terdapat makam yang dihormati yang menjadi tempat ziarah umat islam, yaitu makam Bahauddin An-Naqsayabandi (wafat pada abad 8 H/14 M, seorang pendiri aliran dalam bidang sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah yang banyak pengikutnya di dunia Islam.
Pada mas kejayaannya Bukhara terdapat istana Dinasti Samani yang merupakan pernguruan tinggi dan pusat kegiatan ilmu dan kehidupan pengetahuan. Terkenllah Maktab Nuh bin Nashr As-Samami sebagai perguruan tinggi yang lengkap.
Disamping itu, dari kota Bukhara lahir ulama hadis terkenal yaitu Imam Bukhari yang menulis kitab Shahih Bukhari. Kota Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam.[8]
E.        Baghdad
Baghdad didirikan pada tahun 762 M oleh Khaliafah ke dua dinasti Abbasiyah yaitu Khalifah Al-Manshur (754-755 M) . Satu tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang cukup luas, yang terletak antara sungai Tigris dengan sungai Eufrat. Setelah mencari-cari daerah yang startegis untuk ibu kotanya, akhirnya pilihan jatuh pada daerah yang kemudian diberi nama Baghdad.
Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan , raja Persia yang masyur, dimusim panas. Baghdad berarti “ Taman Keadilan”. Dalam pembanguan kota Baghdad khalifah memperkerjakan ahli banguanan, yang terdiri dari arsitektur,tukang batu, tukang kayu,tukang lukis,ahli pahat, dan lain-alain. Mereka didatangkan dari Syria,Mosul,Basrah dan Kufah yang berjumlah sekitar 100.000  orang. Kota ini berbentuk bundar, di sekelilingnya dibangun parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng.
Istana khalifah terletak di tengah-tengah kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur Persia, yang dikenal dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, temapat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri serta keluarga khalifah
Kota Baghdad sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Masa puncak keemasan kota Baghdad terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M), dan anaknya Al-Makmun (183-833 M). Baghdad pada masa tersebut menjadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat, bahkan kahalifah Al-Makmun memiliki perpustakaan yang dipengaruhi oleh Nizamul Mulk (5 H) dan perguruan Al-Mustanshiriyah yang didirikn oleh khaifah Al-Muntashir Billah (Abad 7 H).
Dari Baghdad lahir karya-karya sastra yang indah. Di antaranya adalah Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam). Dari kota ini lahir para ilmuwan , ulama, filsuf, dan sastrawan terkenal, diantaranya : Al-Khawarizmi (tokoh astronomi dan matematika,penemu ilmu Al-jabar), Al-Kindi (filsuf arab pertama), Al Farabi (filsuf besar), Ar-Razi (filsuf,ahli fisika,dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan dan ulama ternama), Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (pendiri tarekat Qadiriyah), dan lain-lain.
Karena serangan bangsa Mongol dibawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M  kota ini hancur berantakan. Semua banguan kota termasuk pula oleh pasukan timur Lenk, dan pada tahun 1508  M  kota ini juga dihancurkan oleh tentara kerajaan Safawi.[9]
            Faktor-faktor yang menunjang peradaban di kota-kota peradaban islam diantaranya adalah :
1.    Fakor Ekonomi
Ekonomi adalah jantung dari segala aktivitas. Dengan majunya ekonomi, maka tidak diragukan jika suatu daerah pun maju karenanya
2.    Faktor Stabilitas Politik yang Mantap
Pengaturan strategi politik juga membawa ke arah kemajuan. Dengan politik dan dapat direncanakan apa yang harus dilaksanakan terlebih dahulu dan apa yang nomorduakan untuk kemanfaatan daerah tersebut.
3.    Faktor Geografis
Letak suatu daerah yang notabene berada didaerah persimpangan, akan dilancarkan hubungan perdagangan antara berbagai daerah, karena biasanya daerah transit itu akan lebih cepat berkembang dari pada daerah pedalaman.
Berkenaan dengan adanya faktor-faktor yang menunjang peradaban ada juga faktor yang membuat kota-kota tersebut merosot tajam. di Spanyol, akibat gerakan Kristenisasi oleh Raja Philip II, menekan kembali keberadaan umat muslim Spanyol yang menghadapkan mereka pada dua pilihan, masuk kristen atau keluar dari Andalusia. Mungkin dapat digaris besarkan faktor-faktor pemicu kemerosotan itu sendiri:
a)    Faktor ekonomi daerah lemah
b)   Stabilitas politik lemah dan,
c)    Adanya kemungkinan bahwa Islam tersebar dengan pedang dengan motivasi ekspansi bukan menerapkan atau membaurkan kultur dengan penduduk setempat.[10]









DAFTAR PUSTAKA
Amir Munir Samsul,2009.Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: AMZAH.
Syukur Fatah,2009.Sejarah Peradaban Islam,Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Yatim Badri,2011. Sejarah Peradaban Islam Dirisalah Islamiyah II, Jakarta: RajaGarafindo Persada.






[1] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang, Pustaka Rizki Putra,2009), hlm 254.
[2] Ibid.,hlm.255.
[3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta,Amzah,2009),hlm 281.
[4] Ibid.,hlm.282.
[5] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta,RajaGrafindo Persada,2011),hlm 281.
[6] Ibid.,hlm.291.
[7] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta,RajaGrafindo Persada,2011),hlm 291.


[8] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta,Amzah,2009),hlm 296.
[9] Samsul Munir Amir,Ibid.,hlm 284.
[10] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang, Pustaka Rizki Putra,2009), hlm 265.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar